"... Aku bukanlah penuntut, tetapi aku penuntun. Membawa satu pribadi dalam pengalaman merdeka belajar."
Kutipan di atas merupakan salah satu penggalan syair yang saya buat untuk mendalami filosofi Ki Hajar Dewantara. Tidak disangka, ternyata ada pembelajaran mengenai coaching di modul 2.3 yang memberikan pemahaman lebih mendalam mengenai peran guru sebagi penuntun. Coaching sendiri merupaan suatu proses komunikasi yang bermakna, di mana seorang coach membimbing coachee menggunakan berbagai pertanyaan yang dapat menggali potensinya dalam menyelesaikan masalah. Keterampilan coaching sangat penting dimiliki oleh seorang guru. Definisi penuntun adalah pedoman; petunjuk; alat untuk menuntun; atau orang yang menuntun. Menuntun sendiri dapat diartikan sebagai proses memberi bimbingan. Berbeda dengan konseling dan mentoring yang terkadang memberikan solusi sepihak sebagai jalan keluar, coaching lebih kepada proses menggali solusi atas kekuatan pribadi.
Pada serangkaian Modul 2 di Program Pendidikan Guru Penggerak, terdapat materi tentang pembelajaran berdiferensiasi. Sejauh saya mempelajari materi ini, saya dapat menyimpulkan bahwasannya pembelajaran berdiferensiasi merupakan salah satu strategi yang sangat tepat digunakan untuk menanggulangi masalah 'keunikkan' yang dimiliki setiap murid di kelas. Sebagai guru, saya harus menerima anak dengan segala kodratnya. Melalui materi pembelajaran berdiferensiasi, saya belajar untuk dapat memetakan kemampuan murid dan kesiapannya untuk mengikuti pembelajaran yang dapat ditentukan dari berbagai macam sudut pandang. Kemampuan coaching sangat diperlukan, ketika pengamatan dirasa kurang cukup. Tentunya, ketika saya ingin menggali lebih dalam pribadi murid saya, secara tidak sadar, sesi coaching bisa saja terjadi. Apabila saya memiliki kemampuan yang baik dalam bidang ini, saya akan lebih mudah menggali potensi murid-murid saya sehingga saya dapat memetakan kelas dengan tepat. Ketika pemetaan berjalan baik, menentukan strategi pembelajaran berdiferensiasi akan dirasa lebih mudah.
Pembelajaran Emosi dan Sosial merupakan proses pembelajaran yang menggunakan stretegi sedemikian rupa untuk melatih keterampilan Sosial-Emosional seorang individu (Kesadaran diri, pengelolaan diri,kesadaran sosial, kemampuan berinteraksi, pengambilan keputusan yang bertanggungjawab) baik secara rutin, terintegrasi, maupun berupa kebijakan di kelas/sekolah yang tentunya akan bermanfaat bagi kehidupannya. Dalam prosesnya, teknik coaching sangat diperlukan untuk menggali hal-hal yang dibutuhkan dari dalam diri murid. Bisa saja sesuatu yang digali dapat menjadi dasar untuk membuat kesimpulan dan refleksi dari proses pembelajaran hari itu. Misalnya saja, saya. Ketika kegiatan aksi nyata pembelajaran sosial dan emosional, saya mengintegrasikan metode bercerita dalam proses pembelajaran saya. Saya mencoba mengajukan pertanyaan yang bertujuan untuk menggali pemahaman anak terkait cerita yang saya sampaikan. Saya kembali mengingat pembelajaran tentang cara membuat pertanyaan dan menggali informasi yang membuat anak memikirkan jawabannya. Meskipun saya merasa belum cukup baik, namun dengan berlatih, tentunya kemampuan saya akan menunjukkan peningkatan.
Dari tulisan saya ini, saya dapat menyimpulkan bahwa setiap pembelajaran yang saya dapat di LMS memiliki keterkaitan satu dengan yang lain. Kadangkala, sulit bagi saya untuk menarik benang merah dan menyimpulkan suatu koneksi materi, namun, ketika merennungkannya lebih dalam, ada beberapa hal yang dapat saya simpulkan. Harapan saya pada diri sendiri agar semua hal yang telah saya dapatkan akan membantu saya menjadi guru yang lebih baik. Salam Guru Penggerak!
Sumber Gambar :
https://www.pngitem.com/middle/ThJhRJm_transparent-students-working-clipart-teacher-student-clip-art/
Komentar
Posting Komentar